Sabtu, 26 September 2015

TABEL SPESIFIKASI (KISI-KISI SOAL)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
            Manusia dalam hidupnya berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Tidak ada dua individu yang persis sama, baik dari segi fisik maupun psikisnya. Ini merupakan salah satu bukti keagungan Allah SWT atas segala ciptaan-Nya dan agar kita semua berbakti kepada-Nya. Adanya perbedaan individual itu sudah barang tentu dapat menentukan berhasil tidaknya individu-individu tersebut dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, baik berupa kewajiban bekerja maupun kewajiban belajar, sehingga dengan demikian dapat berakibat pula adanya perbedaan prestasi kerja maupun prestasi belajarnya.[1]
            Oleh karena itu, untuk mengetahui perbedaan tiap-tiap individu, maka diperlukan sebuah alat untuk mengukur keadaan individu, dan alat pengukur itulah yang biasa disebut tes. Dengan alat pengukur berupa tes tersebut, maka orang dapat mengetahui adanya perbedaan antar individu. Karena adanya aspek psikis yang berbeda-beda yang dapat membedakan individu yang satu dengan individu yang lain, maka kemudian timbul berbagai macam tes.
            Dalam melakukan sebuah tes perlu dilakukan beberapa tahapan, tahapan pertama adalah penyiapan perangkat tes. Untuk melakukan penyiapan perangkat tes, maka diperlukan langkah-langkah diantaranya, menetapkan tujuan tes, analisis kurikulum, analisis buku pelajaran, menentukan kisi-kisi.[2] Untuk menjaga agar tes yang disusun tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang dicakup dalam tes, dibuatlah tabel spesifikasi atau juga disebut dengan kisi-kisi.

B. Rumusan Masalah
1. Teknik Tes
2. Bentuk-bentuk Tes Hasil Belajar
3. Tabel Spesifikasi (Kisi-kisi Soal)

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Teknik-teknik Tes dalam Evaluasi Pembelajaran
2. Untuk Mengetahui Bentuk-bentuk Tes Hasil Belajar
3. Untuk Mengetahui Cara Pembuatan Tabel Spesifikasi (Kisi-kisi Soal)













BAB II
PEMBAHASAN
A. Teknis Tes
1. Pengertian tes
       Tes adalah alat ukur yang sangat berharga dalam penelitian. Tes merupakan seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang menjadi dasar bagi penetapan skor angka.[3] Secara harfiyah, kata “tes” berasal dari Bahasa Perancis Kuno: testum dengan arti: “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi) dalam Bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes” , “ujian” atau “percobaan”. Dalam Bahasa Arab: imtihan (إمتحان).[4]
       Dari definisi di atas penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa tes adalah sesuatu yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain atau peserta didik untuk mengukur sejauh mana materi yang disampaikan itu diterima oleh tiap-tiap individu sehingga dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki tiap masing-masing peserta didik.  Yang dimaksud dengan tes hasil belajar ialah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya, atau oleh dosen kepada mahasiswa, dalam jangka waktu tertentu.[5] Sebagaimana ditunjukkan oleh namanya, tes prestasi belajar bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar.[6]
       Fungsi tes secara umum terdiri atas 2 (dua) macam, yaitu:
a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Hal yang diukur dalam hal ini berupa tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah menempuh proses belajar.
b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran karena dapat diketahui sejauh mana program pengajaran telah dicapai oeleh peserta didik.[7]
2. Langkah-langkah Penyusunan Tes
       Dalam suatu tes perlu dilakukan beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah penyiapan perangkat tes. Untuk melakukan penyiapan perangkat tes maka langkah yang harus diikuti secara sistematis sehingga dapat diperoleh tes yang lebih efektif.[8] Para ahli penyusun tes maupun para pengajar umumnya telah menyepakati langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan tujuan mengadakan tes
b. Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang diteskan.
c. Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan.
d. Menderetkan semua indikator dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku terkandung dalam indikator itu. Tabel ini digunakan untuk mengadakan identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar tidak terlewati.




Contoh:
TABEL TIK DAN ASPEK TINGKAH LAKU YANG DICAKUP
Indikator
Aspek Tingkah Laku
Ingatan
Pemahaman
Aplikasi
Keterangan
1. Siswa dapat menjumlahkan 2 bilangan bersusun
2. Siswa dapat menerangkan hukum komulatif dan seterusnya.



v

v

v

v

e. Menyusun tabel spesifikasi atau kisi-kisi yang memuat pokok materi, aspek berpikir yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut.
f. Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas indikator-indikator yang sudah dituliskan pada tabel indikator dan aspek tingkah laku yang dicakup.[9]

B. Bentuk-Bentuk Tes Hasil Belajar
            Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.[10] Tes hasil belajar adalah merupakan salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran. Sebagai alat pengukur perkembangan dan kemajuan belajar peserta didik, apabila ditinjau dari segi bentuk soalnya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: tes hasil belajar bentuk uraian (essai) dan tes hasil belajar bentuk objektif.[11]

 1. Soal Tes Bentuk Uraian (Essai)
       Tes uraian yaitu tes yang jawabannya berupa kalimat yang relatif panjang atau berupa karangan.[12] Tes uraian (essay test) juga dikenal dengan istilah subjektif tes (subjective test) adalah tes hasil belajar yang memiliki karakteristik sebagai berikut: pertama, tes tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya panjang; kedua, bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah yang menuntut jawaban berupa penjelasan, komentar, penafsiran, bandingan perbedaan dan sebagainya;[13] ketiga, jumlah soalnya terbatas; keempat, umumnya diawali dengan kata jelaskan, mengapa, bagaimana, uraikan.
a. Penggolongan tes uraian
1) Tes uraian bentuk bebas/terbuka, yaitu tes yang menghendaki jawaban dari testee sepenuhnya.
2) Tes uraian bentuk terbatas yaitu, tes yang menghendaki jawaban yang sudah terarah.[14]
b. Kelebihan dan kekurangan
1) Kelebihan tes uraian (essai)
a) Mengukur proses mental para siswa dalam menuangkan ide ke dalam jawaban item secara tepat.
b) Mengukur kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan bahasa mereka sendiri.
c) Mendorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan pemikiran siswa secara aktif.
d) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat mereka sendiri.
e) Mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan mendalami suatu permasalahan atas dasar pengetahuan yang diajarkan di dalam kelas.[15]
2) Kelemahan tes uraian (essai)
a) Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang telah betul-betul dikuasai.
b) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh bahan pelajaran yang akan diteskan karena soalnya hanya terbatas.
c) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
d) Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.
e) Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.[16]
c. Petunjuk operasional penyusunan tes uraian
1) Diusahakan agar butir-butir soal tes uraian dapat mencakup materi yang telah diajarkan
2) Untuk menghindari kecurangan, susunan kalimat soal dibuat berlainan dengan kalimat di buku.
3) Setelah membuat tes, hendaknya dirumuskan dengan tegas.
4) Jangan membuat dengan perintah seragam.

5) Kalimat soal hendaknya disingkat secara ringkas.
6) Hendaknya dikemukakan pedoman dalam menjawab tes.[17]
2. Soal Tes Bentuk Objektif
       Tes objektif (objective test) yang juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek. Tes objektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu atau lebih di antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing item.[18] Pada tes objektif, tugas siswa adalah memanipulasikan data yang telah ada di butir soal. Soal tes objektif sangat bermanfaat untuk mengukur hasil belajar kognitif tingkat rendah. Hasil-hasil belajar kompleks seperti menciptakan dan mengorganisasikan gagasan kurang cocok diukur menggunakan soal bentuk ini.[19] Tes objektif dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk essai.[20]
a. Kelebihan tes objektif
1) Mengandung lebih banyak segi-segi positif, misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru.
2) Cara memeriksanya lebih mudah dan cepat karena dapat menggunakan kunci jawaban.
3) Pemeriksaannya bisa diwakili kepada orang lain.
4) Dalam pemeriksaannya, tidak ada unsur subjektif yang memengaruhi.[21]

b. Kelemahan tes objektif
1) Kurang memberikan kesempatan untuk menyatakan isi hati atau kecakapan yang sesungguhnya karena anak tidak membuat kalimat.
2) Memungkinkan anak mengisi jawaban dengan coba-coba.
3) Menyusun tes ini tidak mudah, sangat memerlukan waktu yang lama.
4) Kurang ekonomis karena memakan biaya yang cukup besar ketimbang denga tes essai.
c. Macam-macam tes objektif
1) Tes benar-salah (True-False) adalah tes yang butir-butir soalnya mengharuskan siswa mempertimbangkan suatu pernyataan sebagai pernyataan yang benar atau salah.[22]
Contoh:
a) Y-N = Apakah Surabaya ibukota Jawa Tengah?
b) R-W = Joko Widodo merupakan presiden RI yang pertama.
2) Tes pilihan ganda (Multiple Choice Test) terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.[23]
Contoh:
Termometer ialah alat untuk mengukur….
a. Suhu udara                   c. Curah hujan
b. Suhu badan                  d. Kecepatan angin.

3) Menjodohkan (Matching Test)
Dalam bentuk tradisional item tes menjodohkan terdiri dari dua kolom yang paralel. Tiap kata, bilangan, atau simbol dijodohkan dengan kalimat, frase, atau kata dalam kolom yang lain.[24]
Contoh:
Premis
Respon
1. Ibukota Indonesia
2. Tempat penyelenggaraan Olimpiade pertama
3. Kota terbesar di dunia
4. Disebut kota mode dunia
a. Athena
b. Jakarta
c. New York
d. Paris
e. New Delhi
f. Manila
4) Tes isian (Complition Test) merupakan tes yang butir-butir soalnya terdiri dari kalimat pernyataan yang belum sempurna, di mana siswa diminta untuk melengkapi kalimat tersebut dengan satu atau beberapa kata pada titik-titik yang telah disediakan.[25]
Contoh:
a) Columbus menemukan Benua Amerika pada tahun…….
b) Air dapat membeku pada suhu…….derajat Fahrenheit.
d. Petunjuk operasional Penyusunan tes objektif
          Dengan tujuan agar tes objektif betul-betul dapat menjalankan fungsinya sebagai alat pengukur hasil belajar, maka petunjuk operasional berikut ini kiranya dapat dijadikan pedoman dalam menyusun butir-butir item tes objektif.
          Pertama, untuk dapat menyusun butir-butir soal tes objektif yang bermutu tinggi, pembuat soal tes harus membiasakan diri dan sering berlatih, sehingga dari waktu ke waktu dapat merancang dan menyusun dengan lebih baik dan sempurna.[26]
          Kedua, setelah selesai melakukan tes sebaiknya menganalisa item, dengan tujuan untuk mengetahui butir-butir item mana yang masuk dalam kategori baik atau tidak.
          Ketiga, dalam rangka mencegah timbulnya permainan spekulasi dan kerjasama, perlu disiapkan peraturan di mana untuk soal yang dijawab salah akan mendapatkan pengurangan skor. Dengan cara demikian testee akan bekerja secara jujur dan berusaha menjawab soal menurut keyakinannya.
          Keempat, dalam menyusun soal-soal objektif hendaknya menggunakan bahasa yang ringkas, sederhana, dan mudah dipahami oleh testee.
          Kelima, agar tes objektif di samping mengungkap aspek ingatan atau hafalan juga dapat mengungkap aspek-aspek berpikir yang lebih dalam, maka dalam merancang butir-butir item tes objektif hendaknya tester menggunakan alat berupa Tabel Spesifikasi soal yang biasa dikenal dengan kisi-kisi soal. Diharapkan dengan menggunakan alat itu akan terjadi keseimbangan antara jumlah soal dengan aspek psikologis testee.





C. Tabel Spesifikasi (Kisi-kisi Soal)
1. Pengertian Kisi-kisi Soal
Dalam pembicaraan mengenai validitas tes disebutkan bahwa sebuah tes harus memiliki validitas isi dan tingkah laku. Dan memang validitas inilah yang terpenting dalam menyusun tes prestasi. Untuk menjaga agar tes yang disusun tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang akan dicakup dalam tes, dibuatlah sebuah tabel spesifikasi.[27] Tabel spesifikasi yang juga dikenal dengan istilah kisi-kisi soal atau blue print adalah sebuah tabel analisis yang di dalamnya dimuat rincian materi tes dan tingkah laku beserta proporsi yang dikehendaki oleh tester, di mana pada tiap petak (sel) dari tabel tersebut diisi dengan angka-angka yang menunjukkan banyaknya butir soal yang akan dikeluarkan dalam tes hasil belajar bentuk objektif.[28]
Dalam tabel spesifikasi, salah satu sisinya memuat uraian isi yang tercakup dalam perencanaan tes dan sisi yang lain memuat komponen perilaku yang ditunjukkan oleh tingkat kompetensi. Bila tingkat kompetensi atau komponen perilaku yang telah diungkap telah ditetapkan, kedua aspek perencanaan tersebut kemudian dimuat ke dalam tabel spesifikasi.[29]
Dalam hubungan dengan pembuatan tabel spesifikasi soal tes hasil belajar ini patut diketengahkan bahwa berdasarkan pedoman penyusunan tes sumatif yang diterbitkan oleh proyek perintis sekolah pembangunan, taraf kompetensi yang perlu diukur bagi murid-murid Sekolah Dasar, SMTP dan SMTA adalah mencakup tiga macam, yaitu: ingatan, pemahaman, dan aplikasi,[30] dengan proporsi seperti dapat diperiksa pada tabel dibawah ini:

Format Tabel Spesifikasi
Pokok Materi
Taraf Kompetensi
Ingatan
Pemahaman
Aplikasi
Jumlah
Bab I
…………….
…………….
…………..
……………
Bab II
…………….
…………….
…………..
……………
Bab III
…………….
……………
…………..
……………
Jumlah
…………….
…………….
…………..
……………
2. Langkah-langkah Pembuatan Kisi-kisi Soal
Misalkan seorang guru matematika ingin melakukan evaluasi hasil belajar bidang studi matematika dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Alokasi waktu tes = 90 menit
b. Materi tes diambilkan dari buku matematika, mulai dari Bab I sampai dengan Bab V, yang setelah penelusuran ternyata memiliki perbandingan persentase sebagai berikut:
* Bab I          = 10%
* Bab II        = 20%
* Bab III       = 25%
* Bab IV       = 30%
* Bab V        = 15%
c. Aspek psikologis, dalam hal ini taraf kompetensi yang ingin diungkap adalah aspek ingatan, pemahaman, dan aplikasi dengan persentase sebagai berikut:
* Aspek ingatan                    = 50%
* Aspek pemahaman             = 30%
* Aspek aplikasi                    = 20%
d. Bentuk tes                 = tes objektif
e. Jumlah butir soal        = 60 soal
Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang disebutkan di atas, maka dalam rangka menyusun butir-butir soal tes objektif itu ditempuh langkah-langkah atau prosedur kerja sebagaimana dikemukakan berikut ini:
Langkah pertama, menyiapkan tabel spesifikasinya, sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Materi Tes
Taraf Kompetensi
Total
100%
Hafalan
(50%)
Pemahaman
(30%)
Aplikasi
(20%)
Bab I   = 10%
Bab II = 20%
Bab III= 25%
Bab IV= 30%
Bab V = 15%
3
6
7,5 = 8
9
4,5 = 4
1,8 = 2
3,6 = 4
4,5 = 4
5,4 = 5
2,7 = 3
1,2 = 1
2,4 = 2
3
3,6 = 4
1,8 = 2
6
12
15
18
9
Total   = 100%
30
18
12
60 Soal
Keterangan
   Proses pembuatan tabel spesifikasi di atas adalah sebagai berikut:
a. Jumlah butir soal yang akan dikeluarkan dalam tes adalah 60 butir
b. Persentase banyaknya butir soal dilihat dari segi isi mata pelajaran yang akan diujikan:
1) Bab I              = 10% x 60 = 6 butir soal
2) Bab II            = 20% x 60 = 12 butir soal
3) Bab III           = 25% x 60 = 15 butir soal
4) Bab IV           = 30% x 60 = 18 butir soal
5) Bab V             = 15 % x 60 = 9 butir soal
Total                            = 60 butir soal
c. Persentase banyaknya butir soal dilihat dari segi taraf kompetensi yang akan diungkap dalam tes pada masing-masing bab:
1) Bab I: Jumlah butir soal = 6, dengan perincian:
a) Taraf ingatan         = 50% x 6              = 3          = 3 soal
b) Taraf pemahaman               = 30% x 6              = 1,8       = 2 soal
c) Taraf aplikasi         = 20% x 6              = 1,2       = 1 soal
Total                                                    = 6 soal
2) Bab II: Jumlah butir soal = 12, dengan perincian:
a) Taraf ingatan         = 50% x 12           = 6          = 6 soal
b) Taraf pemahaman               = 30% x 12           = 3,6       = 4 soal
c) Taraf aplikasi         = 20% x 12           = 2,4       = 2 soal
Total                                                    = 12 soal
3) Bab III: Jumlah butir soal = 15, dengan perincian:
a) Taraf ingatan         = 50% x 15           = 7,5       = 8 soal
b) Taraf pemahaman               = 30% x 15           = 4,5       = 4 soal
c) Taraf aplikasi         = 20% x 15           = 3          = 3 soal
Total                                                    = 15 soal
4) Bab IV: Jumlah butir soal = 18, dengan perincian:
a) Taraf ingatan         = 50% x 18           = 9          = 9 soal
b) Taraf pemahaman               = 30% x 18           = 5,4       = 5 soal
c) Taraf aplikasi         = 20% x 18           = 3,6       = 4 soal
Total                                                    = 18 soal




5) Bab V: Jumlah butir soal = 9, dengan perincian:
a) Taraf ingatan         = 50% x 9              = 4,5       = 4 soal
b) Taraf pemahaman               = 30% x 9              = 2,7       = 3 soal
c) Taraf aplikasi         = 20% x 9              = 1,8       = 2 soal
Total                                                    = 9 soal
Langkah kedua, menetapkan bentuk dan model tes objektif yang akan diterapkan dalam rangka evaluasi hasil belajar, sebagai berikut:
a. Untuk mengungkap aspek ingatan yang mana dalam tabel spesifikasi di atas telah ditentukan sebanyak 30 butir soal, dengan perinciannya sebagai berikut:
1) Benar-salah, sebanyak 10 butir soal.
2) Menjodohkan, sebanyak 10 butir soal.
3) Isian, sebanyak 10 butir soal.
b. Untuk mengungkap aspek pemahaman yang mana dalam tabel spesifikasi di atas telah ditentukan sebanyak 18 butir soal, dengan perinciannya sebagai berikut:
1) Pilihan ganda model melengkapi lima pilihan, sebanyak 6 butir soal.
2) Pilihan ganda model asosiasi dengan lima pilihan, sebanyak 6 butir soal.
3) Pilihan ganda model analisis kasus, sebanyak 6 butir soal.
c. Untuk mengungkap aspek aplikasi yang mana dalam tabel spesifikasi di atas telah ditentukan sebanyak 12 butir soal, dengan perincian sebagai berikut:
1) Pilihan ganda model analisis hubungan antar hal, sebanyak 4 butir soal.
2) Pilihan ganda model melengkapi berganda, sebanyak 4 butir soal.
3) Pilihan ganda model hal kecuali, sebanyak 4 butir soal.
Langkah ketiga, menetapkan banyaknya butir-butir soal yang diambilkan dari tiap masing-masing bab, sehubungan dengan taraf kompetensi yang akan diungkap dan bentuk tes objektif yang akan digunakan.[31]
Contoh:
Format Penentuan dan Penyebaran Soal
No
Kompetensi Dasar
Matter
Indikator
Bentuk Soal
No Soal
Ket
1.
1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan
1.1 Operasi hitung bilangan bulat dan pecahan
1.2 Menbedakan bilangan bulat dan pecahan
1.3 Menerapkan prinsip tentang bilangan bulat dan pecahan
PG
Isian

Menjodohkan
Benar-salah
1
2

3

4

Langkah keempat, penulisan soal merupakan salah satu langkah penting untuk dapat menghasilkan alat ukur atau tes yang baik. Penulisan soal adalah penjabaran indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan pedoman tabel spesifikasi. Setiap pertanyaan harus jelas serta menggunakan bahasa yang efektif, baik bentuk pertanyaan maupun bentuk jawabannya.[32]





Contoh:
Format Penulisan Kisi-kisi Soal
Sekolah                     : ………..                                               Jumlah soal          : ……….
Mata pelajaran       : ………..                                               Bentuk soal          : ……….
Kurikulum                : ………..                                               Penyusun              : ……….
Alokasi waktu         : ………..
No
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Kls/smt
Materi pokok
Indikator soal
No soal







Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis soal-soal:
1. Bahasanya harus sederhana dan mudah dipahami.
2. Suatu soal tidak boleh mengandung penafsiran ganda atau membingungkan
3. Cara memenggal kalimat perlu diperhatikan agar tidak salah penafsiran. Dalam matematika misalnya, penulisan pangkat harus diusahakan pada tempat yang semestinya.
4. Petunjuk mengerjakan. Walaupun kadang-kadang siswa sudah biasa melihat bentuk-bentuk soal, namun petunjuk mengerjakan soal merupakan hal yang penting tidak boleh diabaikan.[33]




BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
       Tes merupakan seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang menjadi dasar bagi penetapan skor angka. Langkah-langkah menyusun tes, yaitu: Menentukan tujuan tes, analisis kurikulum, analisis buku pelajaran, menentukan kisi-kisi. Ditinjau dari segi bentuk soalnya, tes dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: tes hasil belajar bentuk uraian dan tes hasil belajar bentuk objektif. Tes hasil belajar bentuk objektif banyak macamnya, diantaranya: Tes benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan isian.
Kisi-kisi soal adalah sebuah tabel analisis yang di dalamnya dimuat rincian materi tes dan tingkah laku beserta proporsi yang dikehendaki oleh tester, di mana pada tiap petak (sel) dari tabel tersebut diisi dengan angka-angka yang menunjukkan banyaknya butir soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar bentuk objektif. Langkah-langkah untuk menyusun kisi-kisi soal, yaitu: membuat tabel spesifikasi, menetapkan bentuk dan model tes, menetapkan banyaknya butir-butir soal, dan langkah terakhir penulisan soal.

B. Saran
          Demikianlah makalah yang kami berisikan tentang Tabel Spesifikasi (Kisi-kisi Soal). Makalah inipun tak luput dari kesalahan dan kekurangan maupun target yang ingin dicapai. Adapun kiranya terdapat kritik, saran maupun teguran digunakan sebagai penunjang pada makalah ini. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih.



Daftar Pustaka
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
________________. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Aswar, Saifuddin. 2013. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
B. Uno, Hamzah dkk. 2013. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Matondang, Zulkifli. 2002. Evaluasi Pembelajaran. Medan: Unimed.
Mudjiono, Dimyati. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Pramana, I. Nyoman dkk. Evaluasi Pendidikan. Beta.
Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purwanto, M. Ngalim. 2013. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sukardi, M. 2012. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.
Tayibnapis, Farida Yusuf. 2008. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.




[1]Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), 65.
[2]Zulkifli Matondang, Evaluasi Pembelajaran (Medan: Unimed, 2002), 40.
[3]Hamzah B. Uno, dkk, Assessment Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), 111.
[4]Anas, Pengantar, 66.
[5]M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 33.
[6]Saifuddin Aswar, Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar (Yoyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 13.
[7]I. Nyoman Doni Pramana dkk, Evaluasi Pendidikan Beta, 42.
[8]Ngalim, Evaluasi, 30.
[9]Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi (Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
[10]Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 35.
[11]Anas, Pengantar, 99.
[12]Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 207.
[13]Zulkifli, Evaluasi, 12.
[14]Nyoman, Evaluasi, 57.
[15]M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 101
[16]Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, 163.
[17]Nyoman, Evaluasi, 58-59.
[18]Anas, Pengantar, 106.
[19]Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), 72.
[20]Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 179.
[21]Ibid, 180.
[22]Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 211.
[23]Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, 183.
[24]Hamzah, Assessment, 115.
[25]Dimyati, Belajar, 211.
[26]Anas, Pengantar, 136.
[27]Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, 200.
[28]Anas, Pengantar, 139.
[29]Saifuddin, Tes Prestasi, 69.
[30]Ibid, 144-145.
[31]Anas, Pengantar, 148.
[32]Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2012), 99.
[33]Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, 215.