BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Manusia dalam
hidupnya berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Tidak
ada dua individu yang persis sama, baik dari segi fisik maupun psikisnya. Ini
merupakan salah satu bukti keagungan Allah SWT atas segala ciptaan-Nya dan agar
kita semua berbakti kepada-Nya. Adanya perbedaan individual itu sudah barang
tentu dapat menentukan berhasil tidaknya individu-individu tersebut dalam menjalankan
tugas dan kewajibannya, baik berupa kewajiban bekerja maupun kewajiban belajar,
sehingga dengan demikian dapat berakibat pula adanya perbedaan prestasi kerja
maupun prestasi belajarnya.[1]
Oleh karena itu,
untuk mengetahui perbedaan tiap-tiap individu, maka diperlukan sebuah alat
untuk mengukur keadaan individu, dan alat pengukur itulah yang biasa disebut
tes. Dengan alat pengukur berupa tes tersebut, maka orang dapat mengetahui
adanya perbedaan antar individu. Karena adanya aspek psikis yang berbeda-beda
yang dapat membedakan individu yang satu dengan individu yang lain, maka
kemudian timbul berbagai macam tes.
Dalam melakukan
sebuah tes perlu dilakukan beberapa tahapan, tahapan pertama adalah penyiapan
perangkat tes. Untuk melakukan penyiapan perangkat tes, maka diperlukan
langkah-langkah diantaranya, menetapkan tujuan tes, analisis kurikulum,
analisis buku pelajaran, menentukan kisi-kisi.[2]
Untuk menjaga agar tes yang disusun tidak menyimpang dari bahan (materi) serta
aspek kejiwaan (tingkah laku) yang dicakup dalam tes, dibuatlah tabel
spesifikasi atau juga disebut dengan kisi-kisi.
B. Rumusan
Masalah
1. Teknik Tes
2. Bentuk-bentuk Tes Hasil Belajar
3. Tabel Spesifikasi (Kisi-kisi Soal)
C. Tujuan
Penulisan
1. Untuk Mengetahui Teknik-teknik Tes dalam Evaluasi Pembelajaran
2. Untuk Mengetahui Bentuk-bentuk Tes Hasil Belajar
3. Untuk Mengetahui Cara Pembuatan Tabel Spesifikasi (Kisi-kisi
Soal)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teknis Tes
1. Pengertian tes
Tes adalah alat ukur
yang sangat berharga dalam penelitian. Tes merupakan seperangkat rangsangan
yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban
yang menjadi dasar bagi penetapan skor angka.[3]
Secara harfiyah, kata “tes” berasal dari Bahasa Perancis Kuno: testum dengan
arti: “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan
menggunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia
yang nilainya sangat tinggi) dalam Bahasa Inggris ditulis dengan test yang
dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes” , “ujian” atau “percobaan”.
Dalam Bahasa Arab: imtihan (إمتحان).[4]
Dari definisi di atas
penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa tes adalah sesuatu yang dilakukan
oleh seseorang kepada orang lain atau peserta didik untuk mengukur sejauh mana
materi yang disampaikan itu diterima oleh tiap-tiap individu sehingga dapat
mengetahui kemampuan yang dimiliki tiap masing-masing peserta didik. Yang dimaksud dengan tes hasil belajar ialah
tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan
oleh guru kepada murid-muridnya, atau oleh dosen kepada mahasiswa, dalam jangka
waktu tertentu.[5]
Sebagaimana ditunjukkan oleh namanya, tes prestasi belajar bertujuan untuk
mengukur prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar.[6]
Fungsi tes secara umum
terdiri atas 2 (dua) macam, yaitu:
a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Hal yang diukur
dalam hal ini berupa tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh
peserta didik setelah menempuh proses belajar.
b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran karena
dapat diketahui sejauh mana program pengajaran telah dicapai oeleh peserta
didik.[7]
2. Langkah-langkah Penyusunan Tes
Dalam suatu tes perlu
dilakukan beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah penyiapan perangkat tes.
Untuk melakukan penyiapan perangkat tes maka langkah yang harus diikuti secara
sistematis sehingga dapat diperoleh tes yang lebih efektif.[8]
Para ahli penyusun tes maupun para pengajar umumnya telah menyepakati
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan tujuan mengadakan tes
b. Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang diteskan.
c. Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan.
d. Menderetkan semua indikator dalam tabel persiapan yang memuat
pula aspek tingkah laku terkandung dalam indikator itu. Tabel ini digunakan
untuk mengadakan identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar tidak
terlewati.
Contoh:
TABEL TIK DAN
ASPEK TINGKAH LAKU YANG DICAKUP
Indikator
Aspek Tingkah
Laku
|
Ingatan
|
Pemahaman
|
Aplikasi
|
Keterangan
|
1. Siswa dapat menjumlahkan 2
bilangan bersusun
2. Siswa dapat menerangkan hukum
komulatif dan seterusnya.
|
v
|
v
v
|
v
|
|
e. Menyusun tabel spesifikasi atau kisi-kisi yang memuat pokok
materi, aspek berpikir yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut.
f. Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas indikator-indikator
yang sudah dituliskan pada tabel indikator dan aspek tingkah laku yang dicakup.[9]
B. Bentuk-Bentuk
Tes Hasil Belajar
Tes pada umumnya
digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil
belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan
tujuan pendidikan dan pengajaran.[10]
Tes hasil belajar adalah merupakan salah satu jenis tes yang digunakan untuk
mengukur perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik, setelah mereka
mengikuti proses pembelajaran. Sebagai alat pengukur perkembangan dan kemajuan
belajar peserta didik, apabila ditinjau dari segi bentuk soalnya, dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu: tes hasil belajar bentuk uraian (essai) dan
tes hasil belajar bentuk objektif.[11]
1. Soal Tes Bentuk Uraian
(Essai)
Tes uraian yaitu tes
yang jawabannya berupa kalimat yang relatif panjang atau berupa karangan.[12] Tes
uraian (essay test) juga dikenal dengan istilah subjektif tes (subjective
test) adalah tes hasil belajar yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
pertama, tes tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki
jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya panjang; kedua,
bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah yang menuntut jawaban berupa
penjelasan, komentar, penafsiran, bandingan perbedaan dan sebagainya;[13] ketiga,
jumlah soalnya terbatas; keempat, umumnya diawali dengan kata
jelaskan, mengapa, bagaimana, uraikan.
a. Penggolongan tes uraian
1) Tes uraian bentuk bebas/terbuka, yaitu tes yang menghendaki
jawaban dari testee sepenuhnya.
2) Tes uraian bentuk terbatas yaitu, tes yang menghendaki jawaban
yang sudah terarah.[14]
b. Kelebihan dan kekurangan
1) Kelebihan tes uraian (essai)
a) Mengukur proses mental para siswa dalam menuangkan ide ke dalam
jawaban item secara tepat.
b) Mengukur kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan bahasa mereka
sendiri.
c) Mendorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan
menyatakan pemikiran siswa secara aktif.
d) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta
menyusun dalam bentuk kalimat mereka sendiri.
e) Mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan mendalami
suatu permasalahan atas dasar pengetahuan yang diajarkan di dalam kelas.[15]
2) Kelemahan tes uraian (essai)
a) Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui
segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang telah betul-betul dikuasai.
b) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh bahan pelajaran
yang akan diteskan karena soalnya hanya terbatas.
c) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
d) Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan
individual lebih banyak dari penilai.
e) Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada
orang lain.[16]
c. Petunjuk operasional penyusunan tes uraian
1) Diusahakan agar butir-butir soal tes uraian dapat mencakup
materi yang telah diajarkan
2) Untuk menghindari kecurangan, susunan kalimat soal dibuat
berlainan dengan kalimat di buku.
3) Setelah membuat tes, hendaknya dirumuskan dengan tegas.
4) Jangan membuat dengan perintah seragam.
5) Kalimat soal hendaknya disingkat secara ringkas.
6) Hendaknya dikemukakan pedoman dalam menjawab tes.[17]
2. Soal Tes Bentuk Objektif
Tes objektif (objective
test) yang juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek. Tes objektif
adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal
yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu atau lebih di
antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing
item.[18] Pada
tes objektif, tugas siswa adalah memanipulasikan data yang telah ada di butir
soal. Soal tes objektif sangat bermanfaat untuk mengukur hasil belajar kognitif
tingkat rendah. Hasil-hasil belajar kompleks seperti menciptakan dan
mengorganisasikan gagasan kurang cocok diukur menggunakan soal bentuk ini.[19] Tes
objektif dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang
dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk essai.[20]
a. Kelebihan tes objektif
1) Mengandung lebih banyak segi-segi positif, misalnya lebih
representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari
campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru.
2) Cara memeriksanya lebih mudah dan cepat karena dapat menggunakan
kunci jawaban.
3) Pemeriksaannya bisa diwakili kepada orang lain.
4) Dalam pemeriksaannya, tidak ada unsur subjektif yang memengaruhi.[21]
b. Kelemahan tes objektif
1) Kurang memberikan kesempatan untuk menyatakan isi hati atau
kecakapan yang sesungguhnya karena anak tidak membuat kalimat.
2) Memungkinkan anak mengisi jawaban dengan coba-coba.
3) Menyusun tes ini tidak mudah, sangat memerlukan waktu yang lama.
4) Kurang ekonomis karena memakan biaya yang cukup besar ketimbang
denga tes essai.
c. Macam-macam tes objektif
1) Tes benar-salah (True-False) adalah tes yang butir-butir
soalnya mengharuskan siswa mempertimbangkan suatu pernyataan sebagai pernyataan
yang benar atau salah.[22]
Contoh:
a) Y-N = Apakah Surabaya ibukota Jawa Tengah?
b) R-W = Joko Widodo merupakan presiden RI yang pertama.
2) Tes pilihan ganda (Multiple Choice Test) terdiri atas
suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum
lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan
jawaban yang telah disediakan.[23]
Contoh:
Termometer ialah alat untuk mengukur….
a. Suhu udara c.
Curah hujan
b. Suhu badan d.
Kecepatan angin.
3) Menjodohkan (Matching Test)
Dalam bentuk tradisional item tes menjodohkan terdiri dari
dua kolom yang paralel. Tiap kata, bilangan, atau simbol dijodohkan dengan
kalimat, frase, atau kata dalam kolom yang lain.[24]
Contoh:
Premis
|
Respon
|
1. Ibukota Indonesia
2.
Tempat penyelenggaraan Olimpiade pertama
3. Kota terbesar di dunia
4. Disebut kota mode dunia
|
a. Athena
b. Jakarta
c. New York
d. Paris
e. New Delhi
f. Manila
|
4) Tes isian (Complition Test) merupakan tes yang
butir-butir soalnya terdiri dari kalimat pernyataan yang belum sempurna, di
mana siswa diminta untuk melengkapi kalimat tersebut dengan satu atau beberapa
kata pada titik-titik yang telah disediakan.[25]
Contoh:
a) Columbus menemukan Benua Amerika pada tahun…….
b) Air dapat membeku pada suhu…….derajat Fahrenheit.
d. Petunjuk operasional Penyusunan tes objektif
Dengan tujuan agar
tes objektif betul-betul dapat menjalankan fungsinya sebagai alat pengukur
hasil belajar, maka petunjuk operasional berikut ini kiranya dapat dijadikan
pedoman dalam menyusun butir-butir item tes objektif.
Pertama, untuk dapat
menyusun butir-butir soal tes objektif yang bermutu tinggi, pembuat soal tes
harus membiasakan diri dan sering berlatih, sehingga dari waktu ke waktu dapat
merancang dan menyusun dengan lebih baik dan sempurna.[26]
Kedua, setelah
selesai melakukan tes sebaiknya menganalisa item, dengan tujuan untuk
mengetahui butir-butir item mana yang masuk dalam kategori baik atau tidak.
Ketiga, dalam rangka
mencegah timbulnya permainan spekulasi dan kerjasama, perlu disiapkan peraturan
di mana untuk soal yang dijawab salah akan mendapatkan pengurangan skor. Dengan
cara demikian testee akan bekerja secara jujur dan berusaha menjawab soal
menurut keyakinannya.
Keempat, dalam menyusun
soal-soal objektif hendaknya menggunakan bahasa yang ringkas, sederhana, dan
mudah dipahami oleh testee.
Kelima, agar tes
objektif di samping mengungkap aspek ingatan atau hafalan juga dapat mengungkap
aspek-aspek berpikir yang lebih dalam, maka dalam merancang butir-butir item
tes objektif hendaknya tester menggunakan alat berupa Tabel Spesifikasi soal
yang biasa dikenal dengan kisi-kisi soal. Diharapkan dengan menggunakan alat itu
akan terjadi keseimbangan antara jumlah soal dengan aspek psikologis testee.
C. Tabel
Spesifikasi (Kisi-kisi Soal)
1.
Pengertian Kisi-kisi Soal
Dalam pembicaraan mengenai validitas tes disebutkan bahwa sebuah
tes harus memiliki validitas isi dan tingkah laku. Dan memang validitas inilah
yang terpenting dalam menyusun tes prestasi. Untuk menjaga agar tes yang disusun
tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang
akan dicakup dalam tes, dibuatlah sebuah tabel spesifikasi.[27]
Tabel spesifikasi yang juga dikenal dengan istilah kisi-kisi soal atau blue
print adalah sebuah tabel analisis yang di dalamnya dimuat rincian materi
tes dan tingkah laku beserta proporsi yang dikehendaki oleh tester, di mana
pada tiap petak (sel) dari tabel tersebut diisi dengan angka-angka yang
menunjukkan banyaknya butir soal yang akan dikeluarkan dalam tes hasil belajar
bentuk objektif.[28]
Dalam tabel spesifikasi, salah satu sisinya memuat uraian isi yang
tercakup dalam perencanaan tes dan sisi yang lain memuat komponen perilaku yang
ditunjukkan oleh tingkat kompetensi. Bila tingkat kompetensi atau komponen
perilaku yang telah diungkap telah ditetapkan, kedua aspek perencanaan tersebut
kemudian dimuat ke dalam tabel spesifikasi.[29]
Dalam hubungan dengan pembuatan tabel spesifikasi soal tes hasil
belajar ini patut diketengahkan bahwa berdasarkan pedoman penyusunan tes
sumatif yang diterbitkan oleh proyek perintis sekolah pembangunan, taraf
kompetensi yang perlu diukur bagi murid-murid Sekolah Dasar, SMTP dan SMTA
adalah mencakup tiga macam, yaitu: ingatan, pemahaman, dan aplikasi,[30]
dengan proporsi seperti dapat diperiksa pada tabel dibawah ini:
Format Tabel Spesifikasi
Pokok Materi
|
Taraf Kompetensi
|
|||
Ingatan
|
Pemahaman
|
Aplikasi
|
Jumlah
|
|
Bab
I
|
…………….
|
…………….
|
…………..
|
……………
|
Bab
II
|
…………….
|
…………….
|
…………..
|
……………
|
Bab
III
|
…………….
|
……………
|
…………..
|
……………
|
Jumlah
|
…………….
|
…………….
|
…………..
|
……………
|
2. Langkah-langkah
Pembuatan Kisi-kisi Soal
Misalkan seorang guru matematika ingin melakukan evaluasi hasil
belajar bidang studi matematika dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a.
Alokasi waktu tes = 90 menit
b. Materi tes diambilkan dari buku matematika, mulai dari Bab I
sampai dengan Bab V, yang setelah penelusuran ternyata memiliki perbandingan
persentase sebagai berikut:
* Bab
I = 10%
* Bab
II = 20%
* Bab
III = 25%
* Bab
IV = 30%
* Bab
V = 15%
c. Aspek psikologis, dalam hal ini taraf kompetensi yang ingin
diungkap adalah aspek ingatan, pemahaman, dan aplikasi dengan persentase
sebagai berikut:
*
Aspek ingatan = 50%
*
Aspek pemahaman = 30%
*
Aspek aplikasi = 20%
d.
Bentuk tes = tes objektif
e.
Jumlah butir soal = 60 soal
Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang disebutkan di atas, maka dalam
rangka menyusun butir-butir soal tes objektif itu ditempuh langkah-langkah atau
prosedur kerja sebagaimana dikemukakan berikut ini:
Langkah pertama, menyiapkan tabel spesifikasinya, sebagaimana dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Materi Tes
|
Taraf Kompetensi
|
Total
100%
|
||
Hafalan
(50%)
|
Pemahaman
(30%)
|
Aplikasi
(20%)
|
||
Bab I = 10%
Bab II = 20%
Bab III= 25%
Bab IV= 30%
Bab V = 15%
|
3
6
7,5 = 8
9
4,5 = 4
|
1,8 = 2
3,6 = 4
4,5 = 4
5,4 = 5
2,7 = 3
|
1,2 = 1
2,4 = 2
3
3,6 = 4
1,8 = 2
|
6
12
15
18
9
|
Total = 100%
|
30
|
18
|
12
|
60 Soal
|
Keterangan
Proses pembuatan tabel
spesifikasi di atas adalah sebagai berikut:
a. Jumlah butir soal yang akan dikeluarkan dalam tes adalah 60
butir
b. Persentase banyaknya butir soal dilihat dari segi isi mata
pelajaran yang akan diujikan:
1) Bab I = 10% x
60 = 6 butir soal
2) Bab II = 20% x
60 = 12 butir soal
3) Bab III = 25% x
60 = 15 butir soal
4) Bab IV = 30% x 60
= 18 butir soal
Total = 60 butir soal
c. Persentase
banyaknya butir soal dilihat dari segi taraf kompetensi yang akan diungkap
dalam tes pada masing-masing bab:
1) Bab I: Jumlah butir soal = 6, dengan perincian:
a) Taraf ingatan = 50%
x 6 = 3 = 3 soal
b) Taraf pemahaman =
30% x 6 = 1,8 = 2 soal
Total =
6 soal
2) Bab II: Jumlah butir soal = 12, dengan perincian:
a) Taraf ingatan = 50%
x 12 = 6 = 6 soal
b) Taraf pemahaman =
30% x 12 = 3,6 = 4 soal
Total =
12 soal
3) Bab III:
Jumlah butir soal = 15, dengan perincian:
a) Taraf
ingatan = 50% x 15 = 7,5 =
8 soal
b) Taraf
pemahaman = 30% x 15 = 4,5 =
4 soal
Total =
15 soal
4) Bab IV: Jumlah butir soal = 18, dengan perincian:
a) Taraf ingatan = 50%
x 18 = 9 = 9 soal
b) Taraf pemahaman =
30% x 18 = 5,4 = 5 soal
Total =
18 soal
5) Bab V:
Jumlah butir soal = 9, dengan perincian:
a) Taraf ingatan = 50%
x 9 = 4,5 = 4 soal
b) Taraf pemahaman =
30% x 9 = 2,7 = 3 soal
Total =
9 soal
Langkah kedua, menetapkan bentuk dan model tes objektif yang akan diterapkan
dalam rangka evaluasi hasil belajar, sebagai berikut:
a. Untuk mengungkap aspek ingatan yang mana dalam tabel spesifikasi
di atas telah ditentukan sebanyak 30 butir soal, dengan perinciannya sebagai
berikut:
1)
Benar-salah, sebanyak 10 butir soal.
2)
Menjodohkan, sebanyak 10 butir soal.
3)
Isian, sebanyak 10 butir soal.
b. Untuk mengungkap aspek pemahaman yang mana dalam tabel
spesifikasi di atas telah ditentukan sebanyak 18 butir soal, dengan
perinciannya sebagai berikut:
1)
Pilihan ganda model melengkapi lima pilihan, sebanyak 6 butir soal.
2)
Pilihan ganda model asosiasi dengan lima pilihan, sebanyak 6 butir soal.
3)
Pilihan ganda model analisis kasus, sebanyak 6 butir soal.
c. Untuk mengungkap aspek aplikasi yang mana dalam tabel
spesifikasi di atas telah ditentukan sebanyak 12 butir soal, dengan perincian
sebagai berikut:
1)
Pilihan ganda model analisis hubungan antar hal, sebanyak 4 butir soal.
2)
Pilihan ganda model melengkapi berganda, sebanyak 4 butir soal.
3) Pilihan
ganda model hal kecuali, sebanyak 4 butir soal.
Langkah ketiga, menetapkan banyaknya butir-butir soal yang diambilkan dari tiap
masing-masing bab, sehubungan dengan taraf kompetensi yang akan diungkap dan
bentuk tes objektif yang akan digunakan.[31]
Contoh:
Format Penentuan dan Penyebaran Soal
No
|
Kompetensi
Dasar
|
Matter
|
Indikator
|
Bentuk Soal
|
No Soal
|
Ket
|
1.
|
1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan
|
1.1 Operasi
hitung bilangan bulat dan pecahan
|
1.2 Menbedakan bilangan bulat dan
pecahan
1.3 Menerapkan prinsip tentang
bilangan bulat dan pecahan
|
PG
Isian
Menjodohkan
Benar-salah
|
1
2
3
4
|
|
Langkah keempat, penulisan soal merupakan salah satu langkah penting untuk dapat
menghasilkan alat ukur atau tes yang baik. Penulisan soal adalah penjabaran
indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan
pedoman tabel spesifikasi. Setiap pertanyaan harus jelas serta menggunakan
bahasa yang efektif, baik bentuk pertanyaan maupun bentuk jawabannya.[32]
Contoh:
Format Penulisan Kisi-kisi Soal
Sekolah :
……….. Jumlah
soal : ……….
Mata pelajaran : ……….. Bentuk
soal : ……….
Kurikulum :
……….. Penyusun : ……….
Alokasi waktu : ………..
No
|
Standar
Kompetensi
|
Kompetensi
Dasar
|
Kls/smt
|
Materi pokok
|
Indikator
soal
|
No soal
|
|
|
|
|
|
|
|
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam menulis soal-soal:
1.
Bahasanya harus sederhana dan mudah dipahami.
2. Suatu soal tidak boleh mengandung penafsiran ganda atau
membingungkan
3. Cara memenggal kalimat perlu diperhatikan agar tidak salah
penafsiran. Dalam matematika misalnya, penulisan pangkat harus diusahakan pada
tempat yang semestinya.
4. Petunjuk mengerjakan. Walaupun kadang-kadang siswa sudah biasa
melihat bentuk-bentuk soal, namun petunjuk mengerjakan soal merupakan hal yang
penting tidak boleh diabaikan.[33]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tes merupakan
seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk
mendapatkan jawaban-jawaban yang menjadi dasar bagi penetapan skor angka. Langkah-langkah
menyusun tes, yaitu: Menentukan tujuan tes, analisis kurikulum, analisis buku
pelajaran, menentukan kisi-kisi. Ditinjau dari segi bentuk soalnya, tes dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu: tes hasil belajar bentuk uraian dan tes
hasil belajar bentuk objektif. Tes hasil belajar bentuk objektif banyak
macamnya, diantaranya: Tes benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan isian.
Kisi-kisi soal adalah sebuah tabel analisis yang di dalamnya dimuat
rincian materi tes dan tingkah laku beserta proporsi yang dikehendaki oleh
tester, di mana pada tiap petak (sel) dari tabel tersebut diisi dengan
angka-angka yang menunjukkan banyaknya butir soal yang dikeluarkan dalam tes
hasil belajar bentuk objektif. Langkah-langkah untuk menyusun kisi-kisi soal,
yaitu: membuat tabel spesifikasi, menetapkan bentuk dan model tes, menetapkan
banyaknya butir-butir soal, dan langkah terakhir penulisan soal.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami
berisikan tentang Tabel Spesifikasi (Kisi-kisi Soal). Makalah
inipun tak luput dari kesalahan dan kekurangan maupun target yang ingin
dicapai. Adapun kiranya terdapat kritik, saran maupun teguran digunakan sebagai
penunjang pada makalah ini. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih.
Daftar Pustaka
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi
Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
________________. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2.
Jakarta: Bumi Aksara.
Aswar, Saifuddin. 2013. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan
Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
B. Uno, Hamzah dkk. 2013. Assessment Pembelajaran. Jakarta:
Bumi Aksara.
Matondang, Zulkifli. 2002. Evaluasi Pembelajaran. Medan:
Unimed.
Mudjiono, Dimyati. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Pramana, I. Nyoman dkk. Evaluasi Pendidikan. Beta.
Purwanto. 2014.
Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purwanto, M. Ngalim. 2013. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi
Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Sukardi, M. 2012. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan
Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.
Tayibnapis, Farida Yusuf. 2008. Evaluasi Program dan Instrumen
Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
[1]Anas Sudijono, Pengantar
Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), 65.
[2]Zulkifli
Matondang, Evaluasi Pembelajaran (Medan: Unimed, 2002), 40.
[3]Hamzah B. Uno,
dkk, Assessment Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), 111.
[4]Anas, Pengantar,
66.
[5]M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip
dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 33.
[6]Saifuddin Aswar, Tes Prestasi
Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar (Yoyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013), 13.
[7]I. Nyoman Doni
Pramana dkk, Evaluasi Pendidikan Beta, 42.
[8]Ngalim, Evaluasi,
30.
[9]Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi (Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
[10]Nana Sudjana, Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 35.
[11]Anas, Pengantar,
99.
[12]Farida Yusuf
Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan
dan Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 207.
[13]Zulkifli, Evaluasi,
12.
[14]Nyoman, Evaluasi,
57.
[15]M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan
Prinsip dan Operasionalnya (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 101
[16]Suharsimi, Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, 163.
[17]Nyoman, Evaluasi,
58-59.
[18]Anas, Pengantar,
106.
[19]Purwanto, Evaluasi
Hasil Belajar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), 72.
[20]Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan Edisi 2, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 179.
[21]Ibid, 180.
[22]Dimyati &
Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 211.
[23]Suharsimi, Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan Edisi 2, 183.
[24]Hamzah, Assessment,
115.
[25]Dimyati, Belajar,
211.
[26]Anas, Pengantar,
136.
[27]Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan Edisi 2, 200.
[28]Anas, Pengantar,
139.
[29]Saifuddin, Tes Prestasi, 69.
[30]Ibid, 144-145.
[31]Anas, Pengantar,
148.
[32]Zainal Arifin, Evaluasi
Pembelajaran (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama RI, 2012), 99.
[33]Suharsimi, Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan Edisi 2, 215.