Kamis, 09 Juli 2015

SEJARAH PERKEMBANGAN KAJIAN HADITS DI INDONESIA

SEJARAH PERKEMBANGAN KAJIAN HADI>>>><TS DI INDONESIA




MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah (revisi)
Studi Hadi>ts yang dibina oleh
 Bapak Prof. Dr. H. Moh. Idri, M.Ag.





Oleh:
MUZAYIN
NIM: 18201521023


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM MAGISTER (S2)
PASCASARJANA STAIN PAMEKASAN
MEI 2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi alam semesta, yang telah memberikan rahmat, hidayah, maunah-Nya sehingga bisa melaksanakan kewajiban dan menyelesaikan tugas dalam penulisan makalah tentang Sejarah Perkembangan Hadi>ts di Indonesia yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. H. Moh. Idri, M.Ag  penulis ucapkan banyak terima kasih kepada beliau, serta teman-teman yang telah memberikan kesempatan dalam pembuatan makalah ini dengan judul Sejarah Perkembangan Hadi>ts di Indonesia.
Dalam beberapa minggu yang lalu telah banyak membahas berbagai macam tentang ‘ilmu al-Hadi>ts, sampai pada saat ini dengan judul yang akan bahas bersama. Dalam makalah ini akan mengupas sekilas tentang Sejarah Perkembangan Hadi>ts di Indonesia tidak secara detail karena keterbatasan referensi, jadi harap dimaklumi apabila masih banyak kekurangan dalam makalah yang ditulis oleh pemakalah.
Oleh karena itu, penulis berharap kepada Bapak Dosen, serta teman-teman untuk memaklumi terhadap kekurangan yang ada dalam makalah ini dan juga penulis mohon saran dan kritikan yang membangun guna perbaikan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat dan bisa sedikit mendapatkan tambahan ilmu dan manfaat bagi teman-teman khususnya kepada penulis pribadi. Akhir al-Kalam jazakum Allah khoir al-Jaza’


Prenduan, 30 Mei 2015 M
Penulis

Muzayin







HALAMAN SAMPUL…………………………………………………………………...
i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………..
ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………..
iii
BAB I : PENDAHULUAN ………………………………………………………………
1
A.      Latar Belakang Penulisan Makalah………………………………………....
1
B.       Rumusan Masalah …………………………………………………………..
1
C.       Tujuan Penulisan ……………………………………………………………
1
BAB II : PEMBAHASAN ………………………………………………………………
2
A.      Sejarah Kajian Hadi>ts di Indonesia..………………………………………..
3
B.       Pelopor Ulama> Alhi Hadi>ts di Indonesia……………………………………
4
C.       Kajian Hadi>ts di Indonesia…………………………………………………………..
7
D.      Metode dan Kajian Hadi>ts Di Indonesia…………………………………….
9
E.       Hikmah Kajian Hadi>ts di Indonesia………………………………………...
10
BAB III : PENUTUP…………………………………………………………………….
12
A.    Kesimpulan……………………………………………………………………
12
B.     Saran………………………………………………………………………......
12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...
13




 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
´Ilm al-Hadi>ts merupakan ajaran pokok yang harus dipelajari oleh setiap mansusia karena hadits bagai pengangan hidup setelah al-Qur’a>n. hadits mempunyai peran penting dan strategis dalam kajian keIslaman. Kedudukan dan keberadaanya tidak dapat diragukan segingga seiring dengan perkembangan zaman bnayak para ulama dan ilmuan mengkaji ilmu hadits dan menghadilkan pemikiran-pemikiaran baru. Hal ini tidak lepas dari kaebutuhan yang disesuaikan dengan lingkungan dan masyarakat.
Dalam kajian hadits tentru memiliki metode tersendiri dalam memahami hadits tanpa keluar dari kontek ajaran Islam yang telah ditetapkan dalam al-Qur’a>n. anatar ulama dan ilmuan yang satu dengan ulama dan ilmuan yang lain sehingga mengasilkan pemamhaman yang baru. Oleh karena itu, dengan adanya makalah ini, pemakalah akan menbahas tentang perkembangan kajian hadi>ts di Indonesia.

B.    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cikal bakal terbentukkanya kajian hadi>ts di Indonesia?
2.      Siapa saja para ulama yang mendalami secara khusus tentang hadi>ts?
3.      Bagaimana metode dan kajian hadi>ts yang dilakukan oleh ulama Indonesia?
4.      Apa hikmah dengan adanya kajian hadi>ts di Indonesia?

C.    Tujuan Penulisan Makalah
1.      Untuk mengetahui cikal bakal terbentukkanya kajian hadi>ts di Indonesia
2.      Untuk mengetahui para ulama yang mendalami secara khusus tentang hadi>ts
3.      Untuk mengetahui metode dan kajian hadi>ts yang dilakukan oleh ulama Indonesia
4.      Untuk mengetahui hikmah dengan adanya kajian hadi>ts di Indonesia?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Kajian Hadi>ts di Indonesia
Kajian hadi>ts di Indonesia tidak lepas hubungan antara para ulama timur tengah dalam penyembaran agama Islam. Pada awalnya dalam menyebarkan agam Islam melalui bebagai cara baik melalui berdangan yang berasal dari beberapa Negara seperti Arab, bahkan dari Persia, dan benua India yang mendatangi kepulauan Indonesia untuk berdagang, tetapi dalam batas tertentu juga menyebarkan Islam kepada penduduk setempat. Penetrasi Islam di masa lebih belakangan tampaknya lebih dilakukan para guru pengembara sufi yang sejak akhir abad ke-12 datang dalam jumlah yang semakin banyak ke Indonesia.
Pada abad ke 17-18 merupakan dinamika penyebaran agama Islam ke Wilayah Indonesia yang memiliki hubungan yang semakin kuat anatara ulama Indonesia dan Timur Tengah. Hal ini tidak lepas dalam penyebaran agama Islam dan orang-orang yang menuntut Ilmu di Timur Tengah, yang berpusat di Mekkah dan Madinah sebagian besar mereka kembali ke Indonesia setelah mendalami ilmu pengetahuan untuk mengamalkan dan menyebarkan ilmu [1]
Kedua tempat Mekkah dan Madinah merupakan tempat yang sangat istimewa di dunia Islam dan kehidupan orang-orang Muslim, kedua tempat tersebut merupakan awal berkembangnya agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Mekkah merupakan pusat kiblat bagi orang Islam dalam melaksanakan shalat dan tempat suci yang mana orang-orang melaksanakan haji. Jadi tidak heran kalau kedua tempat tersebut mempunyai kelebihan dan qualitas khusus serta tempat yang banyak mengkaji tentang ilmu pengetahuan yang bersumber dari al-Qur’a>n dan al-Hadi>ts. Sebagaimana banyaknya para ulama yang belajar di al-Haramayn.
Di sisi lain, pulang perginya orang-orang yang melaksanakan hajji setiap tahun, Mekkah dan madina juga menjadi tempat perkumpulan orang-orang muslim yang paling luas dari segala penjujru dunia, intelektual dunia muslim,  dimana para ulama, sufi, para penguasa, para filosof, para penyair, dan para sejarawan bertemu dan saling tukar informasi[2] Di sinilah mereka menjadi transmitter memainkan peranan menentukan dalam menyiarkan gagasan-gagasan pembaruan baik melalui pengajaran maupun karya tulis
Pada abad-abad sebelumnya, Islam didominasi oleh mistik sehingga dalam pembaruan Islam di Wilayah Melayu-Indonesia pada abad ke-17 bukan semata-mata Islam yang berorientasi pada tasawuf, melainkan juga Islam yang berotientasi pada syariat (Hukum). Hal ini setelah adanya pusat jaringan di Timur Tengah, para ulama melayu-Indonesia belajar sejak paruh ke dua abad ke-17 dan seterusnya melakukan usaha-usaha yang dijalankan dengan sadar, bahkan secara serentak, untuk menyebarkan neo-Sufisme di Indonesia. Pada giliranya mendorong munculnya upaya-upaya serius ke arah rekontruksi sosio- moral masyarakat-masyarakat Muslim[3].
Pada masa pembaharuan agama Islam terdapat tiga ulama yang cukup terkenal pada abad ke-17 diantara tiga ulama yaitu; Nuruddin Ar-Raniry, Al-Singkili dan Al-Maqasari. Ketiga ulama tersebut mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam pembaharuan Islam serta mempunyai hubungan dengan ulama timur tengah, sehingga dalam mengembangkan ilmu agama Islam sangat mudah. Nuruddin Ar-Raniry merupakan ulama yang mempunyai ilmu pengetahuan yang sangat luas serta kiprahnya sangat berpengaruh terutama dilingkunagna Nanggroe Aceh Darussalam pada akhirnya  nama beliau diabadikan sebagai nama IAIN di Nanggroe Aceh Darussalam. Beliau menggeluti berbagai ilmu  pengetahuan serta mempunyai beberapa karya yang telah diterbitkan di antaranya: Busta>n al-Sa>lathi>n, Al-Shira>th al-Mustaqi>m merupakan kitab fiqih, beliau juga menulis kurang lebih 29 karya yang terdiri dari Ilmu-ilmu kalam, fiqih, hadits, sejarah bahkan sampai perbandingan agama merupakan minat yang terbesar[4].
al-Singkili pernah menulis Mir’a>t al-Thulla>b yang membahas masalah-masalah fiqh dan hukum. Beliau jug menulis tentang fiqih muamalat dan tafsir al-Qur’a>n dengan judul Tarjuma>n al-Mustafi>d. pertama kali terbit di timur tengah.
Sedangkan al-Maqasari dengan nama lengkap Syekh Yusuf al-Maqasari, sebagai anggota majlis pertimbangan Partai Keadilan Sejahtra. Di banten mengajarkan agama kemudian melanjutkan perjalannya ke timur tengah sebelum mengakhiri hidupnnya di Cape Town, Afrika.
Ulama-ulama seperti Ar-raniry, al-singkili, dam al-maqasari adalah ulama awal Indonesia yang membawa pembaharuan dan mengajarkan syariat Islam dimana saja mereka berada.
Dalam memperkuat hubungan dengan melakukan pengiriman dan pertukaran ulama-ulama. Ulama-ulama timur tengah dikirim ke Indonesia untuk memberikan dakwah dan ulama Indonesia berangkat ke Mekkah, madinah dan beberapa kota ilmu lain untuk memperluas dan memperdalam ilmu agama.
Generasi setelah ar-Raniry tepatnya pada abad ke 18 jaringan ulama Indonesia dan timur tengah menemui puncaknya diantara yang terkenal : Syekh Abdus Shamad al-Falimbani dari Palembang, Syekh Muhammad Asyad al-Banjari dari Kalimantan, Syekh Rahman al-Batawi dari Betawi dan Syekh Dawud al-Fatani dari Patani Thailan Selatan.
Ulama-ulama tersebut merupakan ulama yang mempunyai jaringan kuat dan pernah belajar di Timur tengah diantara ilmu-ilmu yang dipelajari mulai dari aqidah, akhlak, fiqh, sejarah Islam, matematika hingga ilmu falak dan astronomi.
Hubungan ini tetap berlanjut sampai abad ke 19 yang muncul beberpa ulama di antaranya Nawawi al-bantani, Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Syeikh Mahfud at-Tirmasi, Kiai Ahmad Rifai dari kali salak, Kiai Ahmad Darat as-Samarangi[5].

B.    Pelopor Ulama Ahli Hadi>ts di Indonesia
Awal terbentuknya kajian hadits di Indonesia tidak lepas dari perjalanan dan hubungan antara para ulama Indonesia dengan Timur Tengah, khususnya di Mekkah dan madinah, karena dua tempat tersebut merupakan pusat ilmu-ilmu pengethuan sekaligus tempat beribadah haji atau pusat kiblat sehingga banyak para ulama seluruh penjuru dunia berbondong-bondong belajar mengkaji berbagai ilmu pengetahuan baik ada yang menetap selamanya dan adapula kembali kekampung untuk menyebarkan ilmu yang diperoleh selama belajar. Khususnya di Indonesia terdapat beberpa ulama yang mempelajari bidang tertentu yaitu Ilmu-ilmu hadits dari berbagai ilmu pengetahuan yang ada, hal ini terjadi setelah masa tiga ulama yang termuka tersebut. Diantara para ulama yang mendalami bidang ilmu hadist sekaligus mendapat ijazah yaitu syaikh Mahfud at-Tirmasi[6] kemudian disusul oleh muridnya kadratus syaikh Hasyim As’ari.

1.      Biografi KH. Mahfudz at-Tirmasi
Muhammad Mahfudz Bin Abdullah Bin Abdh Manan al-Tirmasi al-Jawi al-Maki adalah nama lengkap dari Mahfud dilahirkan di Tremas, Pacitan, Jawa Timur pada tanggal 12 Jumadil Ula 1258/1868. Beliau termasuk orang yang cerdas dan pintar sehingga beliau telah mampu menghafal al-Qur’an sebelum meranjak dewasa. Pertama kali mendapat pendidikan dari ayahnya sendiri semenjak pada umur 6 tahun sudah dikenalkan dengan kitab-kitab penting di Mekkah pada tahun 1291/1874. Sehingga beliau menggapnya ayahnya tidak hnaya sekedar ayah pada umumnya bahkan mengganggapnya sebagai murrabi> wa ru>hi> (pendidikku dan jiwaku)[7]
Mahfud meninggal di Mekkah pada sabtu malam menjelang maghrib, tanggal 1 Rajab 1338/1919[8]. Semasa hidupnya beliau banyak menghabiskan waktu mengajar di Kota suci di mana sebagian besar muridnya berasal dari Asia Tenggara dan Asia Selatan, khususnya dari India dan Indonesia. Seperti Kiai Dimyati dan Kiai Khalil Bangkalan dan Kiai Hasyim As’ari
Beliau memiliki spesifikasi bidang ilmu pengetahuan yaitu ‘ilm al-hadi>ts yang menjadi model favoritnya al-Bukhari (w. 870) pada abad XIX bahwa beliau merupakan the last link al-Bukha>ri> sebagaimana akhir isnad [9] bahkan beliau salah seorang musnid. Ija>zah yang diperoleh merujuk kepada kolektor hadits terkemuka yaitu Imam al-Bukhari. Hal ini turun-kemurun hingga 23 gernerasi yang kemudian sampai ke tangan Mahfudz[10].
Beliau merupakan seorang penulis yang paling produktif. Dan menghasilkan beberapa kitab baik dibidang ilmu hadits ataupun ilmu-ilmu lainnya. Adapun karya dalam bidang kitab ‘ilm al-Hadits dianataranya: Manhaj Zhawi> an-Nazhar, al-Minhah al-Khairiyah fi arba’i>n Hadi>tsan min Aha>di>ts Khair al-Bariyah 2 bagian, Tsula>tsiyat al-Bukha>ri 1 bagian. Musthalahah al-Hadi>ts merupakan kitab favorit dikalangan santri dan ulama International[11].
Mahfudz berguru kepada beberapa ulama terkenal untuk mendalami berbagai bidang ilmu pengetahuan yang pertama kali mendapatkan bimbingan dan arahan langsung oleh ayahnya KH. Abd Allah, selain dari ayahnya juga terdapat beberapa ulama diantara Syaikh Saleh Darat atau Muhammad Saleh bin Umar as-Samarani. Muhammad al-Munsyawi yang dikenal sebagai muqri’ (Pengumpul), Syaikh Umar bin Barakat asy-Syami merupakan salah seorang murid Syaikh Ibrahim al-Banjuri, Syaikh Mustafa bin Muhammad bin Sulaiman al-Afifi, Alla>mah al-Habib Sayyid Husain bin Muhammad bin Husain al-Habshi, seorang mufti asy-Syafi’i di Makkah, Muhammad Sa’id bin Muhammad Babasil al-Hadrami, Sayyid Ahhmad az-Zawawi, Syaikh Muhammad Syarbani ad-Dimyati, Sayyid Muhammad Amin bin Ahmad Ridwan al-Madani, dan terakhir Sayyid Abu Bakr bin Sayyid Muhammad Shata, beliau merupakan ulama yang sangat berpengaruh terhadap terbentuknya kepribadian masa depan Mahfudz, sehingga Mahfudz menyebut dengan  Syaikhuna> al-ajal wa qudwatuna> al-akmal (guruku yang paling terhormat dan teladan yang sempurna)[12]
Dari berbagai bidang ilmu pengetahuan yang dipelajari kepada para ulama terkenal, Mahfudz memiliki perhatian khusus tentang ilmu hadi>ts daripada ilmu-ilmu yang lain, beliau berpendapat/berpandangan bahwa ilmu hadi>ts merupakan ilmu mutlak yang sangat penting. Karena Semua ilmu pengetahuan membutuhkan sumber Ilmu hadi>ts, contohnya dalam Ilmu Tafsir  membutuhkan Ilmu hadi>ts sebagai interpretasi yang paling superior dari al-Qur’a>n[13]
2.      KH. Hasyim Asy’ari
KH. Mohammad Hasyim Asy'ari lahir pada 10 April 1875  di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, meninggal di Jombang, Jawa Timur, 25 Juli 1947 pada umur 72 tahun; 4 Jumadil Awwal 1292 H- 6 Ramadhan 1366 H; dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang, beliau adalah salah di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Beliau adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia sekaligus pendiri Nahdlatul Ulama. Di kalangan Nahdliyin dan ulama pesantren ia dijuluki dengan sebutan Hadratus Syaikh yang berarti maha guru[14].
Beliau dilahirkan di Pesantren Gedang setelah ibunya mengandung 14 bulan, hal ini menjadi tanda atua isyarat terhadap keberadaan KH. Hasyim Asy’ari di masa yang akan datang. Diantara syarat ketika Ibunya bermimpi bahwa dijatuhi bulan purnama dari langit dan menimpat keperut sebelum dilahirkan. Semasa kecilnya, Hasyim mampu dan selalu menjadi penengah disaat teman-temannya melanggar aturan permainan dan menengurnya sehingga membuat teman-temannya bermain dengannya karena sifat yang suka menolng dan melindungi[15]
KH. Hasyim Asy’ari menerima pendidikan sejak usia dini sebelum umur 6 tahun bersama kakeknya, kemudian beliau ikut orang tuanya ke Keras, sampai berusia 15 tahun, disana mendapatkan pendidikan dasar-dasar Islam, khusunya membaca dan menghafal al-Qur’an. beliau adalah orang yang cerdas, taat, dan rajin dan dapat menguasai seluruh apa yang diajarkan oleh ayahnya. Beliau juga orang yang selalu mutha>la’ah dengan membaca kitab-kitab yang belum diajarkan oleh gurunya[16].
KH. Hasyim Asy’ari termasuk orang suka mengembara dalam menuntut ilmu pengetahuan sejak usia 15 tahun setelah mendapatkan pendidikan dari kakek serta ayanhnya, ada 5 pesantren yang dikunjungi  di antaranya Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di Sidoarjo. demi mendapatkan ilmu pengetahuan yang luas, hal ini dilakukan karena ketidakpuasan intektualnya sehingga menyebrangi lautan yang terletak di pulau Madura paling barat yaitu Kiai Khalil Bangkalan[17]
Setelah berkenalana di beberapa pesantren tersebut, kemudian KH. Hasyim Asy’ari melanjutkan mengembara ke Mekkah baik untuk menutut ilmu ataupun melaksanakan ibadah haji, selama di Mekkah beliau mendalami beberapa disiplin ilmu pengetahuan kepada beberapa para ulama terkemukan di antaranya[18]:
1.      Syaikh Mahfudz at-Tirimisi, merupakan ulama Indonesia yang ahli dalam bidang ilmu hadi>ts (Shahih Bukha>ri) berikut seluruh sanadnya, sehingga Hasyim mendaptkan Ija>zah dari beliau untuk mengajar kitab tersebut.
2.      Syaikh Nawawi al-Bantani
3.      Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau
4.      Syaikh Abd al-Hamid ad-Durustani
5.      Syaikh Muhammad Syu’aib al-Maghribi.
Sementara guru yang bukan dari Indonesia antara lain Syaikh Shata dan Syaikh Dagistani yang merupakan ulama terkenal pada masa itu.

C.    Kajian Hadi>ts di Indonesia
Berawal jaringan para ulama Indonesia dalam mengembangkan, dan belajar  ilmu pengetahuan khususnya agama Islam yang berkaitan dengan ‘Ulum al-Hadi>ts di timur tengah sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa kajian hadi>ts yang pertama kali mendapatkan ijazah dan kemudian direstui untuk menyebarkan di Indonesia adalah KH. Hasyim As’ari yang dikemas dalam bentuk pesantren yaitu pondok pesantren Tebuireng Jombang, di pesantren inilah beliau mengajarkan ‘Ulum al-Hadi>ts sehingga hari demi hari semakin berkembang. Mulai dari sistem klasik di pesantren yang dipelopori oleh KH. Hasyim As’ari sampai sistem modern sebagai mana yang ada dijurusan fakultas tafsir hadi>ts dalam mengkaji ‘Ulum al-Hadi>ts sebagaimana mereka yang telah mendalami khusus tentang ‘Ulum al-Hadi>ts di antaranya al-Qasimi (w. 1332 H), Mahmud Thahhan, Abu Syuhbah (w. 1406/1986 M), Shubhi Shalih (w. 1407/1986 M), Muhammad ‘Ajjaj al-Khathib, M. M. Al-A’zami, Mushthafa al-Siba’i, Nur al-Din ‘Itr, A. Hassan, dan Muhammad Syuhudi Ismail (w.1995 M)[19].
Pada dasarnya kajian al-Hadi>ts sudah ada sejak pada abad ke-17 yang dimotori oleh ar-Rinary akan tetapi beliau bukan ahli yang mendapatkan sanad/jazah secara khusus dalam bilang tersebut, karena ar-Rinari lebih konsen pada bidang fiqh, tasawuf, sejarah, perbandingan agama  dan ‘aqa>’id[20], disamping itu, beliau termasuk orang yang produktif dalam menulis berbagai kitab-kitab termasuk kita hadits yang berdul Hidāyah al-Habīb fi al-Targhīb wa al-Tarhīb[21] kemudian dilanjutkan oleh generasi selanjutnya diantara ‘Abd al-Ra’uf al-Sinkili (al-Mawā’izh al-Badī’ah), Mahfuzh al-Tirmasi (Manhaj Dzawi al-Nazhr), Hasyim al-Asy’ari (Risālah Ahl al-Sunnah wal al-Jamā’ah)[22]
Dari beberapa ulama tersebut, memiliki metode dan cara tersendiri dalam mengkaji hadits di Indonesia demi menyebarkan hadi>ts yang merupakan sumber penuntun hidup manusia setelah al-Qur’a>n, sampai saat ini banyak intelektual muslim dan ulama mengkaji hadits yang menjadi ciri khas pesantren atau ormas-ormas Islam seperti halnya di pondok pesantren Ar-Ridla, hal ini tidak lepas dari kiai yang membidangi dalam al-Qur’a>n dan al-Hadits, sehingga pondok pesantren tersebut menjadi ciri khas tersendi.[23]

D.    Metode dan Kajian Hadi>ts di Indonesia.
Sejarah kajian perkembangan hadi>ts di Indonesia pada umumnya sangat minim dilakukan, meskipun ada dalam mengkajian hadits akan tetapi masih terpusat pada kita-kitab klasik pada abad ke-2 H. samapai abad ke-4 H. yang mengarahkan pada pelacakan dan pengujian status kesahehan hadi>ts[24].
Secara historis studi kajian hadits di Indonesia berawal pada abad ke-17  dengan adanya beberapa kitab yang di tulis oleh ulama Indonesia di antaranya: Nur al-Din al-Raniri (Hidāyah al-Habīb fi al-Targhīb wa al-Tarhīb), ‘Abd al-Ra’uf al-Sinkili (al-Mawā’izh al-Badī’ah), Mahfuzh al-Tirmasi (Manhaj Dzawi al-Nazhr), Hasyim al-Asy’ari (Risālah Ahl al-Sunnah wal al-Jamā’ah)  dan kemudian di ikuti oleh para ulama-ulama dan intelektual sesudanya[25]
Setelah abad ke-17 atau setelah masa Nur al-Din al-Raniri kajian hadits baru mendapatkan perhatian serius dan menjadikan kurkulum di Indonesia pada abad ke-20 dengan beredarnya beberapa kitab di Indonesia
Dianatara Ulama Indonesia yang melakukan kajian hadits dengan dua cara sebagaimana yang dilakukan oleh ulama banjar yaitu :
1.      Pengkajian hadi>ts dalam bentuk ar-Riwa>yah \\
a.       Kajian syarh (penjelasan terhadap teks hadi>ts)
b.      Kajian ta’li>q (catatan) dan takhri>j (konfirmasi sumber hadi>ts) kajian ini merupankan kajian yang sering dilakukan oleh akademi dalam menyelesaikan kesarjanaannya
c.       Kajian hadi>ts arba’i>n (penghimpunan 40-an hadits-hadits dalam satu atau beberapa bahasan)
d.      Kajian hadi>ts tematis (Penghimpunan hadi>ts dalam tema-tema tertentu)
e.       Kajian hadits ensikopedis-referen (penghimpunan hadits berdasarkan periwayatan tertentu yang dinukil dari sejumlah kitab hadi>ts atau kitab hadi>ts tertentu) [26].
2.      Pengkajian hadi>ts dalam bentuk al-Dira>yah terdiri dari
a.       Kajian mushthalah al-Hadi>ts umum (tanya-jawab)
b.      Kajian mushthalah al-Hadi>ts khusus (tematis) (teoritis dan pratis) [27]
Metode tersebut merupakan salah satu metode yang digunakan oleh ulama banjar dalam mengkaji ‘Ilm al-Hadi>ts merupakan metode yang digunakan oleh para sahabat dalam mengecek keabsahan dan kebenaran sanad dan perawi Hadi>ts pada masa lalu. Sedangkan seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin berkembang pesat, para ulama dan ilmuan telah banyak melakukan dan meyebarkan hadi>ts Nabi baik melalui kajian mingguan ataupun karya-karya hasil kajian tersebut baik melalui jurnal atau berbentuk pdf atau dalam betuk software, seperti maktabah syamilah, maktabah alfiyah li al-sunnah al-nabawiyyah[28]
Kajian hadi>ts ini tentunya masih banyak para ilmuan dan ulama dalam mengakaji hadi>ts berdasarkan kebutuhan dan situasi di masyarakat sebagaimana dalam mengkaji hadi>ts antara ulama NU dan Muhammadiyah berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ummi Alfaha bah\wa kedua ormas tersebut dalam memahami hadi>ts dengan cara reinterpretasi sehingga menghasilkan makna yang baru dan sesuai dengan kekinian. Ada juga sebagian ulama NU memahami hadits interpretasi ulama terdahulu sehingga menghasilkan pemahaman yang kaku. Dalam perbedaan pemahaman ini tidak lepas pengkolompokan tipologi pemahaman hadits yaitu: tekstual-tradisional, kontekstual-moderat dan libral-progresif[29]. Tentunya hal ini sangat berpengaruh terhadap perilaku-perilaku dan sikap masyarakat Indonesia.

E.    Hikamah Adanya Kajian Hadi>ts di Indonesia
Sebagaimana penjelasan diatas tentunya banyak pengetahuan baru tentang kaijan hadits yang dilakukan para ulama terdahulu, tentunya sejak abad ke-17 para ulama melakukan reformasi pengetahuan yang semula penuh dengan mistis, yang dipelopoori oleh tiga ulama terkenal yaitu ulama Nuruddin Ar-Raniry, Al-Singkili dan Al-Maqasari, hal ini tidak lepas hubungan antara timur tengan dengan Indonesia samapai sekarang.
Dari ketiga ulama tersebut kemudian dilanjutkan pada ulama berikutnya yang membidangi hadi>ts secara khusus sekaligus mendapatkan ijazah yang merupakan sanad terakhir ke-23 yaitu KH. Mahfudz at-Tirmasi dan KH. Hasyim Asy’ari yang mendapatkan restu secara khusus untuk mengajarkan hadi>ts di Indonesia lewat pesantren yang beliau dirikan.
Dengan adanya kajian-kajian hadits di Indonesia tentunya mempermudah dalam memahami dan mengkaji hadits tanpa mencari kitab-kitab klasik hadits terdahulu karena kumpulan hadits sudah tersedia baik dalam bentuk PDF atuapun software, hal ini tentu tidak lepas dari kajian yang dilakukan para ulama masa kini, baik ulama versi NU ataupun Muhammadiyah.







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahawa sejarah perkembangan kajian hadi>ts di Indonesian berawal pada akhir abad ke-16 atau atau awal abat ke-17 yang dipelopori oleh tiga ulama Indonesia terkenal yaitu Nuruddin Ar-Raniry, Al-Singkili dan Al-Maqasari. Hal ini tidak lepas dari reformasi Islam di Indonesia sehingga banyak para ulama belajar di dua tempat madinah dan makkah. Dan bahkan jaringan ulama antara timur tengah dan Indonesia terbentuk dan semakin kuat sampai saat ini.
Seiring dengan perjalannannya waktu perkembangan para ulama belajar dua tempat tersebut semakin banyak dengan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan baik umum atau keIslaman dan pada sekitar abad ke-19 baru ada yang mendalami ‘Ilm al-Hadi>ts sampai mendapatkan ijazah sanad yaitu KH. Mahfudz at-Tirmasi kemudia dilanjutkan oleh KH, Hasyim As’ari yang mendapatkan ijazah atau restu dari KH. Mahfudz at-Tirmasi atas kelayakan dalam mengajarkan ‘ilm al-Hadi>ts.
Dalam kajian hadi>ts tentu memiliki cara tersendiri dalam memahami dan mengkaji ‘ilm al-Hadi>ts sebagaimana yang dilakukan oleh ulama banjar dan juga berbedapula kajian yang yang dilakukab oleh Ulama NU dan Muhammadiyah.

B.    Penutup
Demikianlah pembahasan tentang sejarah perkembangan kajian hadi>ts di Indonesia, pemakalah menyadari dari makalah yang dibuat bahwa dalam pembahasan makalah jauh dari kesempurnaan, dan tentunya banyak kekurangan dan kesalahan, pemakalah memohon saran dan kritik demi kesempurnaan makalah ini untuk selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alfaha, Umi. 2011. Kajian Hadis dalam Ormas-Ormas Islam Di Indonesia (Analisa pemahaman NU dan Muhammadiyah Terhadap Hadis-Hadis Misoginis). Tesis tidak diterbitkan.  Yokyakarta Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga.

Alfatih Suryadilaga, Muhammad. 2014. Kajian Hadis Di Era Global, ESENSIA, 15(2), 202
Alwi, Zulfahmi. 2012. Pemikiran Hadis Muhammad Syuhudi Ismail (1943-1995), AL-FIKR 16 (2), 1

Azra, Azyumardi. 2004. The Origins of Islamic Reformism In Southeast Asia. Australia: Allen & Unwin.

Azra, Azyumardi. 2013. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII Jakarta: KENCANA PRENADAMEDIA GROUP

Departemen Agama, 2001. Direktori Pondok Pesantren 2. t.p:t.t

Dzikri Nirwana Bashori, Saifuddin. 2013. Peta Kajian Hadis Ulama Banjar. Tashwir, 1 (2), 17-18

Hasjim Asy'ari  (http://id.wikipedia.org/wiki/Hasjim_Asy%27ari) diakses 05-05-2015

Mas’ud, Abdurrahman. 2005. Intelektual Pesantren. Yogyakarta: LKiS.

Muhammad, Nurdinah2012. Karakteristik Jaringan Ulama Indonesia Menurut Pemikiran Azyumardi Azra. Jurnal Substantia, 14 (1), 76.

Saifuddin dkk. 2013. Peta Kajian Hadis Ulama Banjar. Tashwir, 1 (2), 18

Su’aidi, Hasan. 2013. Jaringan Ulama Hadits Indonesia: (http://e-journal.stain-pekalongan.ac.id/) diakses 14-5-2015.



[1] Nurdinah Muhammad, “Karakteristik Jaringan Ulama Nusantara Menurut Pemikiran Azyumardi Azra”, Substantia, Vol. 14, No. 1, ( April 2012), 76
[2]  Azyumardi Azra, The Origins Of Islamic Reformism In Southeast Asia (Australia: Allen & Unwin, 2004),8
[3] Nurdinah Muhammad “Karakteristik.., 77
[4] Hasan Su’aidi “Jaringan Ulama Hadits Indonesia” (http://e-journal.stain-pekalongan.ac.id/) Vol 5, No 2, (2013), 4
[5] Ibid,. 3-4
[6] Abdurrahman Mas’ud, Intelektual Pesantren (Yogyakarta: LKiS, 2005), 138
[7] Ibid, 137
[8] Ibid, 138
[9] Rangkaian penyampaian hadits
[10] Mas’ud, Intelektual Pesantren, 141
[11] Ibd, 141-143, Beliau tidak hanya seorang penulis dalam bidang Ilmu Hadits tetapi dibidang ilmu-ilmu lainnya sebagaimana terdapat pada halaman 142
[12] Ibid, 145-146
[13] Ibid, 147

[14] Hasjim Asy'ari diakses pada tanggal 05-05-2015 di  http://id.wikipedia.org/wiki/Hasjim_Asy%27ari

[15] Mas’ud, Intelektuan Pesantren,. 197
[16] Ibid., 198

[17] http://id.wikipedia.org/wiki/Hasjim_Asyari

[18] Mas’ud, Intelektuan Pesantren,. 200
[19] Zulfahmi Alwi, “Pemikiran Hadis Muhammad Syuhudi Ismail (1943-1995)”, AL-FIKRVolume 16 Nomor 2 (Tahun 2012), 1
[20] Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII (Jakarta: KENCANA PRENADAMEDIA GROUP, 2013), 225
[21] Saifuddin dkk, “Peta Kajian Hadis Ulama Banjar”, Tashwir  Vol. 1 No.2, (Juli – Desember 2013), 18
[22] Ibid,
[23] Departemen Agama, Direktori Pondok Pesantren 2 (t.p: 2001) 80
[24] Saifuddin. Dzikri Nirwana Bashori,  Peta Kajian Hadis Ulama Banjar  Tashwir Vol. 1 No.2, Juli – Desember 2013, 17-18
[25] Ibid., 18
[26] Ibid.,
[27] Ibid., 21-27
[28] Muhammad Alfatih Suryadilaga, Kajian Hadis Di Era Global”, ESENSIA, Vol. 15, No. 2, (Tahun 2014(,  202
[29] Umi Alfaha, “Kajian Hadis dalam Ormas-Ormas Islam Di Indonesia (Analisa pemahaman NU dan Muhammadiyah Terhadap Hadis-Hadis Misoginis)” (Tesis, UIN Sunan Kalijaga, Yokyakarta: 2011), vi

3 komentar:

  1. assalamualaikum... terima kasih atas makalahnya.. kalo boleh, mohon kerelaraannya untuk saya copy makaklahnya semoga Allah memudahkan urusan sohib admine

    BalasHapus
  2. mohon izin untuk copy makalahnya. semoga menjadi ilmu yang bermanfaat untuk kita semua

    BalasHapus